Seorang saudara pernah mengutarakan pertanyaan pada saya: Yesus mengatakan bahwa: “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup; Tak ada seorangpun akan sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku”. Lalu bagaimana dengan orang-orang di luar Kristen (Kristen = semua agama yang mengakui Yesus sebagai Gembalanya) yang tak pernah mengenal Yesus? Apakah mereka semua tak akan ada yang sampai ke KerajaanNya? Sebuah pertanyaan yang tak pernah saya duga. Untuk sejenak saya diam, agak terkejut dan tak pernah mengira akan ada pertanyaan seperti itu. Terasa agak berlebihan atau entah apa lagi namanya. Saya jadi malah menerawang, kira-kira seperti apa pola pikir saudara saya ini sehingga sampai pada kesimpulan seperti itu? Akhirnya saya bisa menyimpulkan pokok persoalannya dan mulai memberi jawaban.
Sayapun balik bertanya kepada dia: “Pernahkah ada satu ayat di dalam kitab suci Kristen yang menyebutkan bahwa Yesus itu pemimpin agama Kristen?” Ganti dia yang berpikir sebentar, mungkin mencari ayat itu, mungkin juga menduga-duga kemana arahnya pertanyaan saya. Sebentar kemudian dia menggelengkan kepala, tanda tak menemukan ayat itu, tapi sambil menambahkan: “Kan sudah jelas Yesus itu pemimpin umat Kristiani.” saya menimpali: “Siapa yang mengangkat dia jadi pimpinan umat Kristiani? Kamu-kamu ini atau Dia sendiri yang minta?” Kembali dia agak terperangah, namun menjawab juga:
Sayapun balik bertanya kepada dia: “Pernahkah ada satu ayat di dalam kitab suci Kristen yang menyebutkan bahwa Yesus itu pemimpin agama Kristen?” Ganti dia yang berpikir sebentar, mungkin mencari ayat itu, mungkin juga menduga-duga kemana arahnya pertanyaan saya. Sebentar kemudian dia menggelengkan kepala, tanda tak menemukan ayat itu, tapi sambil menambahkan: “Kan sudah jelas Yesus itu pemimpin umat Kristiani.” saya menimpali: “Siapa yang mengangkat dia jadi pimpinan umat Kristiani? Kamu-kamu ini atau Dia sendiri yang minta?” Kembali dia agak terperangah, namun menjawab juga:
“Ya para pengikutNyalah yang menobatkan seperti itu.”
“Jadi bukan Dia sendiri yang minta, kan?”
“Tapi Dia yang minta untuk menyebarkan semua ajaranNya lewat murid-muridNya.”
“Ya, minta seperti itu, tapi tidak minta jadi pemimpin agama tertentu.”
“Terus, apa kaitan argumenmu dengan pertanyaanku?” Tanyanya mulai kesal.
“Sangat mendasar dan jelas. Kita harus menempatkankan dengan bijak antara figur Yesus yang Kasih adaNya sebagai Guru bagi semua orang tanpa kecuali yang berjalan di Jalan Kasih, sehingga dalam hal ini Beliau adalah Guru yang sangat universal. Dan di sisi lain adalah figur Yesus yang diklaim oleh para pengikutnya sebagai Gembala umat Kristiani. Bagi saya, Mahatma Gandhi dengan Ahimsanya itu jelas murid Yesus yang sangat baik karena mempraktekkan dengan sungguh-sungguh ajaran Kasih yang diutamakanNya; juga Kartini, dll-dll yang bukan Kristen tapi jelas menjalankan ajaran Kasih. Bahkan kalau mau rendah hati sedikit, banyak orang Kristen sendiri yang belum tentu diaku Yesus sebagai muridNya karena semua tindak-tanduknya sama sekali bertolak belakang dengan ajaran Kasih. Manakah yang lebih utama buat Yesus: Orangnya atau bajunya?”
“Ya orangnya, sih, tapi……” Dia tak meneruskan.
“Tapi kenapa? Kamu kecewa rupanya bahwa orang Kristen belum tentu otomatis pegang tiket VIP ke Kerajaan Yesus?” Dia diam saja, hatinya bimbang, mungkin mau protes tapi sulit keluar. Akhirnya ia bicara lagi.
“Kalau begitu, apa artinya agama? Apa artinya semua kebanggaan kita akan Yesus dan Gereja selama ini?” Keluar juga unek-uneknya.
“Agama adalah wadah, tapi bukan Tuhan itu sendiri. Menuhankan agama sama artinya dengan mengecilkan Tuhan; sama artinya kamu berusaha mengerangkeng Tuhan dalam wadah yang kamu buat sendiri, entah itu namanya Agama, Gereja, atau apapun juga. Tetapi wadah itu sendiri masih sangat diperlukan dalam dunia ini. Seperti kamu lihat ada banyak perbedaan budaya dan tingkah laku di dalam masyarakat. Sekelompok orang tertentu merasa lebih “enjoy” berada di lingkungan tertentu. Semua itu perlu ditampung dalam wadah-wadah tertentu sehingga semua merasa mendapatkan tempat yang pas untuk semua aktifitasnya, termasuk cara dia memuliakan nama Tuhan. Memang dalam tingkatan tertentu seseorang merasa tidak memerlukan wadah-wadah itu. Sebenarnya tidak ada masalah juga. Inti utamanya tetap tingkah-laku kita sendiri. Kebetulan kita sama-sama merasa cocok dalam wadah Gereja Katolik. Ma’af, apakah anda tahu artinya Katolik?” Dia tampak kaget dan agak malu-malu menggelengkan kepala. Saya meneruskan.
“Katolik itu artinya UMUM. Itulah seharusnya kebanggaan utama kita bersama, bahwa biarpun kita hanya dalam satu wadah, tetapi ternyata wadah itu mengandung makna yang sangat universal dan luas. Di dalamnya terkandung makna yang intinya adalah bahwa seharusnya kita tidak harus menyendiri dan memisahkan diri dengan kelompok lainnya, apalagi merasa menjadi yang paling istimewa diantara semuanya. Yesus mengajarkan kita untuk menjadi garam dunia. Bagaimana mungkin semua itu bisa kita kerjakan dengan baik jika belum apa-apa kita sudah mengurung diri dalam eksklusivisme kelompok? Dan juga jangan lupakan ketika Yesus menengahi muridnya yang meributkan siapa diantara mereka sebenarnya yang paling besar? Maka jawabNya adalah: “Yang merasa terkecil, itulah yang sesungguhnya terbesar di dalam kerajaan Surga”. Sekali ini dia tampak lega dan bisa menerima, mudah-mudahan anda juga. ***AMIN*** http://sis12.blogspot.com
“Jadi bukan Dia sendiri yang minta, kan?”
“Tapi Dia yang minta untuk menyebarkan semua ajaranNya lewat murid-muridNya.”
“Ya, minta seperti itu, tapi tidak minta jadi pemimpin agama tertentu.”
“Terus, apa kaitan argumenmu dengan pertanyaanku?” Tanyanya mulai kesal.
“Sangat mendasar dan jelas. Kita harus menempatkankan dengan bijak antara figur Yesus yang Kasih adaNya sebagai Guru bagi semua orang tanpa kecuali yang berjalan di Jalan Kasih, sehingga dalam hal ini Beliau adalah Guru yang sangat universal. Dan di sisi lain adalah figur Yesus yang diklaim oleh para pengikutnya sebagai Gembala umat Kristiani. Bagi saya, Mahatma Gandhi dengan Ahimsanya itu jelas murid Yesus yang sangat baik karena mempraktekkan dengan sungguh-sungguh ajaran Kasih yang diutamakanNya; juga Kartini, dll-dll yang bukan Kristen tapi jelas menjalankan ajaran Kasih. Bahkan kalau mau rendah hati sedikit, banyak orang Kristen sendiri yang belum tentu diaku Yesus sebagai muridNya karena semua tindak-tanduknya sama sekali bertolak belakang dengan ajaran Kasih. Manakah yang lebih utama buat Yesus: Orangnya atau bajunya?”
“Ya orangnya, sih, tapi……” Dia tak meneruskan.
“Tapi kenapa? Kamu kecewa rupanya bahwa orang Kristen belum tentu otomatis pegang tiket VIP ke Kerajaan Yesus?” Dia diam saja, hatinya bimbang, mungkin mau protes tapi sulit keluar. Akhirnya ia bicara lagi.
“Kalau begitu, apa artinya agama? Apa artinya semua kebanggaan kita akan Yesus dan Gereja selama ini?” Keluar juga unek-uneknya.
“Agama adalah wadah, tapi bukan Tuhan itu sendiri. Menuhankan agama sama artinya dengan mengecilkan Tuhan; sama artinya kamu berusaha mengerangkeng Tuhan dalam wadah yang kamu buat sendiri, entah itu namanya Agama, Gereja, atau apapun juga. Tetapi wadah itu sendiri masih sangat diperlukan dalam dunia ini. Seperti kamu lihat ada banyak perbedaan budaya dan tingkah laku di dalam masyarakat. Sekelompok orang tertentu merasa lebih “enjoy” berada di lingkungan tertentu. Semua itu perlu ditampung dalam wadah-wadah tertentu sehingga semua merasa mendapatkan tempat yang pas untuk semua aktifitasnya, termasuk cara dia memuliakan nama Tuhan. Memang dalam tingkatan tertentu seseorang merasa tidak memerlukan wadah-wadah itu. Sebenarnya tidak ada masalah juga. Inti utamanya tetap tingkah-laku kita sendiri. Kebetulan kita sama-sama merasa cocok dalam wadah Gereja Katolik. Ma’af, apakah anda tahu artinya Katolik?” Dia tampak kaget dan agak malu-malu menggelengkan kepala. Saya meneruskan.
“Katolik itu artinya UMUM. Itulah seharusnya kebanggaan utama kita bersama, bahwa biarpun kita hanya dalam satu wadah, tetapi ternyata wadah itu mengandung makna yang sangat universal dan luas. Di dalamnya terkandung makna yang intinya adalah bahwa seharusnya kita tidak harus menyendiri dan memisahkan diri dengan kelompok lainnya, apalagi merasa menjadi yang paling istimewa diantara semuanya. Yesus mengajarkan kita untuk menjadi garam dunia. Bagaimana mungkin semua itu bisa kita kerjakan dengan baik jika belum apa-apa kita sudah mengurung diri dalam eksklusivisme kelompok? Dan juga jangan lupakan ketika Yesus menengahi muridnya yang meributkan siapa diantara mereka sebenarnya yang paling besar? Maka jawabNya adalah: “Yang merasa terkecil, itulah yang sesungguhnya terbesar di dalam kerajaan Surga”. Sekali ini dia tampak lega dan bisa menerima, mudah-mudahan anda juga. ***AMIN*** http://sis12.blogspot.com
No comments:
Post a Comment